Semakin pandai Anda
merahasiakan sesuatu, semakin banyak benda mati menyimpan tabungan masalah Anda.
Pria ini sebenarnya bukanlah orang aneh yang perlu dibawa ke rumah sakit
jiwa. Ia masih waras, hanya saja, perlu terapi beberapa hari untuk menyembuhkan
orientasi cintanya yang sudah tidak lagi normal.
Perkenalkan, ia adalah Lee Jin-Gyu. Maret 2008, tepat ketika ia berusia 28
tahun, ia resmi menikahi benda yang biasa
ia peluk setiap tidur. Lee Jin-Gyu menikahi bantalnya, setelah melakukan
perjalanan ke Jepang, meminta bantuan pendeta lokal, mengenakan jas dan gaun untuk
pasangannya, serta kehadiran beberapa teman sebagai saksi terjadinya legalitas
antara dia, dan bantal yang sudah dikencaninya selama enam tahun itu.
Itulah Lee Jin-Gyu, Anda belum telat untuk mengucapkan happy wedding kepadanya.
Anda pernah mendengar
istilah manusia adalah makhluk paling sempurnan?
Anda bisa mengaitkannya dengan peristiwa Lee Jin-Gyu yang kontroversial itu mulai dari sekarang.
Kalimat yang mengungkapkan kesempurnaan manusia sebagai makhluk Tuhan
memang sering Anda dengar. Mungkin dari Alquran, mungkin juga dari tinjauan scientist, tentang kesempurnaan otak
manusia, tentang kecaggihan sistem organ tubuh, serta keenam indera.
Namun lewat cerita Lee Jin-Gyu, kesempurnaan itu perlahan-lahan luruh. Diam-diam
Lee Jin-Gyu yang berbadan gendut dan bermata sipit itu memukul arti
kesempurnaan manusia, ia mengajari saya bagaimana kesempurnaan manusia pada
akhirnya menyerah hanya oleh benda mati saja. Saya, begitu pun Anda, tentu merasakannya….
Selasa yang panjang, saya menghabiskan sore natal ini dengan membersihkan kamar:
meletakkan pulpen pada mug, membongkar tatanan buku, mengangkat kasur beserta
bantal keluar ruangan.
Untuk salah satu bantal, saya harus mengangkatnya dengan hati-hati. Ia sudah
berlubang, jika sarungnya lepas sedikit, maka kapas-kapas berhamburan, dan
buktinya….
BUKK!!! Bantal saya jatuh,kapuk-kapuk berhamburan, cukup banyak dari biasanya.
Saya cukup kaget. Ternyata isi bantal tersebut tidak sekadar kapuk. Saya melihat
kertas-kertas serupa note belanjaan, potongan kertas kardus, dan kain-kain
lusuh. Semuanya berjatuhan bersamaan dengan kapuk, pikir saya, barangkali bila sobekan bantalnya lebih
lebar akan keluar nota pembelian celana dalam pembuatnya sekalian.
Namun kenyataannya bantal yang biasa saya pakai itu memang tidak terbuat
dari kapuk saja. Tapi juga kertas, potongan kardus, kain, dan mungkin saja
memori-memori yang ada di kepala Anda.
Sejak berkenalan dengan Lee Jin-Gyu, akhirnya saya melihat bantal bukan
lagi sebuah bantal. Di tengah berjatuhannya potongan kardus dari dalam bantal
tersebut, diam-diam saya melihat kenangan saya yang berterbangan. Benda satu
ini pernah menjadi saksi kesedihan saya: mungkin saat saya gagal meraih target,
sedih sebab mengingat sebuah beban, dan kesedihan-kesedihan lainnya. Di sisi
lain, dia juga merekam kebahagiaan saya saat saya mendapat bunga tidur yang
istimewa: bertemu Jose Mourinho dan seolah diberi pesan untuk tetap memupuk
keyakinan, diberi mimpi mempunyai rumah bagus dengan keceriaan anak dan istri
di dalamnya, dan bunga tidur lain yang membuat saya melengkungkan senyum di
setiap bangunnya. Soal mimpi apa saja itu, bantal-bantal saya paling
mengingatnya.
Saya terpaksa memasukkan kembali potongan kardus beserta kain-kain lusuh
itu ke dalam bantal saya. Yah, saya pikir, sejelek apa pun isi bantal saya,
potongan kardus (yang tidak sempurna itu) telahmenyatu dengan kapuk-kapuk,
mereka adalah komponen yang mengingat banyak hal akan memori hidup saya.
Lee Jin-Gyu mencintai bantalnya sebab ia melihat wajah Fate Testarossa di
dalamnya. Bantal yang sekaligus istrinya itu, telah menyimpan kenangannya atas
Fate Testarossa yang merupakan tokoh gadis dalam serial anime Mahou Shoujo
Lyrical Nanoha. Maka bantal yang dimiliki Lee Jin-Gyu, tidak lain adalah
tabungan memorinya terhadap gadis serial tersebut.
Mungkin Anda akan mencintai bantal Anda sebab Anda melihat air mata Anda saat menangisi nasib orang tua yang tak kunjung sembh, atau Anda akan menyayangi bantal Anda sebab Anda melihat raut khawatir Anda saat sadar Anda berbohong terhadaporang lain, lalu di sela-sela jelang jam tidur, Anda memikirkannya dengan begitu keras.
Kita tidaklah makhluk yang sempurna. Secanggih apa pun kita
merahasiakan masalah, masih tidak secerdas cara bantal menangkap memori kepala kita.
Ingatlah, ketika ia tidak memperoleh cerita dari Anda (sebab Anda malas berkeluh kesah
mungkin, malas nge-dumel di dalam kamar), ia tetap mampu menyerap masalah Anda. Di tengah kondisi pikiran sadar Anda sudah mati, Anda bermimpi buruk (tentang masalah yang sedang
Anda alami mungkin), dan dengan akhirnya bantal Anda tahu problem yang sebenarnya ingin Anda rahasiakan dari siapa pun itu.
Kenyataannya bantal menyerap masalah kita tidak hanya dalam kondisi sadar
saja, namun ia juga pandai mencuri rahasia kita dalam kondisi unconscious. Maka kepada siapa lagi kita akan berbicara kesempurnaan,
kecuali bantal Anda tetap akan memegang kartu hidup Anda.
Mungkin Lee Jin-Gyu tidak ingin bantalnya membeberkan kartu keburukannya. Sehingga
atas dasar inilah ia selalu memesan dua porsi makanan (untuknya dan bantalnya)
serta tidak lupa mendudukkannya tepat di sampingnya di jam-jam makan siang mau
pun malam.
Kita memang bukan makhluk sempurna. Sebab semakin pandai kita merahasiakan sesuatu, semakin banyak benda mati yang
menyimpan tabungan masalah kita. Lalu kalau Lee Jin-Gyu berani menikahi bantalnya, apakah Anda juga akan melakukannya? Sebuah ide bagus untuk sejarah hidup Anda.
Yogyakarya, 25 Desember
2012
Begitulah, bantal memang bayang-bayang hidup Anda.
Night with Nattasha Nauljam (Thailand) song
0 komentar:
Posting Komentar